Kalau ditanya kapan mulai jualan online, aku selalu jawab: karena kebutuhan dan rasa penasaran. Niatnya sederhana—tambal uang listrik, nabung buat liburan, atau cuma pengen lihat apakah produk buatan tetangga laku. Sekarang, setelah beberapa bulan (lebih tepatnya tahun), aku punya beberapa trik yang sering kupakai, plus review jujur produk lokal yang jadi andalan pesanan. Biar ngga panjang lebar, aku tulis ala ngobrol-ngobrol kopi di warung.
Salah satu kesalahan waktu awal jualan adalah mikir harus punya kamera DSLR. Salah. Cahaya bagus lebih penting. Foto produknya aku ambil di pagi hari dekat jendela, pakai handphone saja. Background sederhana, kadang cuma kain putih bekas taplak. Detail kecil, seperti label produk yang jelas, tekstur keripik, atau butiran kopi yang menggumpal, itu yang bikin calon pembeli yakin.
Ada trik kecil: ambil foto dari tiga sudut, satu close-up, satu keseluruhan produk, dan satu lagi saat produk dipakai. Misalnya, kalau jual sambal lokal, foto yang paling banyak dapat like adalah foto yang menonjolkan tekstur sambal di sendok, bukan toplesnya. Percaya deh, orang makan pakai mata dulu.
Respons cepat di chat sering jadi pembeda. Kadang aku jawab, “maaf sedang masak, nanti saya balas 30 menit lagi,” dan pelanggan merasa dihargai karena ada kepastian waktu. Jangan janji barang dikirim hari ini kalau memang belum packing. Kejujuran kecil seperti itu menurunkan komplain dan nambah trust.
Oh ya, politeness + emoji kecil = human touch. Tapi jangan berlebihan sampai terkesan tidak profesional. Aku biasanya punya template jawaban: konfirmasi stok, estimasi kirim, cara packing. Lumayan hemat waktu, sekaligus konsisten.
Pake marketplace buat jangkauan awal itu wajar. Tapi aku juga pakai teknik gratis: kolaborasi barter dengan micro-influencer lokal, giveaway kecil-kecilan dengan minimal follow dan tag, atau bundling produk promo. Contoh: beli 3 dapat diskon, atau gratis ongkir kalau belanja di atas jumlah tertentu. Pembeli suka hitungan praktis.
Kalau butuh referensi platform yang memuat banyak produk lokal dan dukungan untuk pelaku kecil, aku pernah nemu situs yang informatif. Kadang aku cek juga untuk ide dikemas dan dipasarkan—misalnya di sagarmart, ada banyak contoh listing dan produk lokal inspiratif yang bisa jadi benchmark kecil-kecilan.
Aku mau ceritain dua produk lokal yang sempat nge-hits di tokomu. Pertama: kopi robusta panggang rumah dari desa tetangga. Aromanya pekat, ada aftertaste cokelat gelap yang bikin aku ketagihan. Packagingnya sederhana—kertas kraft, segel lilin kecil, dan stiker bergambar daun kopi. Pembeli suka karena terasa “rumahan” dan bukan massal. Kekurangannya: stok kadang terbatas musim panen. Jadi aku kasih opsi pre-order di deskripsi.
Kedua: keripik singkong pedas manis. Ini lucu: awalnya aku pikir cuma iseng jual untuk teman, eh ternyata repeat order tinggi. Teksturnya renyah, bumbu stabil, dan yang bikin laku—mereka kirim foto saat ngemil di kantor. Testimoni visual semacam itu lebih ampuh daripada rating bintang.
Untuk kedua produk itu aku selalu sertakan catatan kecil di paket: “Terima kasih, semoga ngiler lagi!” Terkadang aku tempelkan secarik kertas resep penyajian kopi atau saran campuran keripik. Detail kecil ini meningkatkan pengalaman. Pembeli merasa diurus, bukan cuma dijual barang.
Paling sering: masalah ongkir, barang pecah, dan stok berubah tiba-tiba. Solusi sederhana: cek kurir mana yang andal ke daerah tertentu, bungkus dengan bubble wrap untuk barang mudah pecah, dan update stok setiap petang. Ya, repot. Tapi kalau sudah jadi kebiasaan, alurnya lancar.
Kalau kamu baru mulai: jangan takut salah. Coba satu produk, rangkul feedback, perbaiki foto, dan ulangi. Jualan online itu proses belajar yang juga menyenangkan. Kadang kita dapat pelanggan yang jadi teman. Kadang juga yang bikin kita ngedumel. Semua bagian dari cerita penjual kecil.
Semoga curhat ini berguna. Kalau mau, saya share juga template chat atau contoh packaging sederhana. Tinggal bilang, kita ngobrol lagi sambil ngopi—atau sambil bungkus pesanan.
Seorang teman sering bilang e-commerce itu menjahit rasa percaya pelanggan dengan benang-benang produk kita. Awalnya…
Informasi: E-commerce untuk bisnis kecil Gue dulu mengira e-commerce cuma soal punya situs dan iklan…
Belajar E Commerce Lokal: Tips Bisnis Kecil dan Review Produk Lokal Saya mulai belajar e-commerce…
Beberapa tahun belakangan,pasaran togel online sudah menjadi tranding yang kalian ketahui hingga saat ini,jadi saya…
Jurnal E-Commerce Kecil: Tips Praktis dan Review Produk Lokal Deskriptif: Perjalanan E-commerce untuk Bisnis Kecil…
Kisah Belanja E Commerce Lokal: Tips Bisnis Kecil dan Review Produk Lokal Kisah Belanja E…